PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Museum Provinsi Kalimantan Tengah di Jalan Cilik Riwut, Palangkaraya, menyimpan benda pusaka berupa mandau berukuran panjang satu setengah meter dan bernilai magis.
"Selain bentuknya yang besar, senjata tradisional Suku Dayak Pedalaman Kalteng itu, juga bernilai magis," kata kepala Bidang Pelayanan Museum setempat, Bakri Y Saloh, S.H, Kamis.
Bukan hanya bentuknya yang unik tetapi usia sejata yang berasal dari Suku Dayak di Kabupaten Kapuas tersebut sekitar 400 tahun. "Karena terlalu tua maka bentuk besi mandau itupun tidak mengkilat seperti benda tajam kebanyakan, tetapi justru sudah karatan seperti kebanyakan besi tua lainnya," katanya.
Mandau yang memiliki gagang (pegangan tangan) terbuat tanduk menjangan (rusa) tersebut selalu menjadi perhatian pengunjung dibandingkan sekitar 5.000 jenis koleksi lainnya di museum yang dibangun di atas lahan lima hektare itu.
Selain mandau, ada juga koleksi senjata suku Dayak lainnya berupa sumpit, telabang, kemudian benda rumah tangga, seperti keramik, patung, dan benda lainnya. "Biasanya pengunjung, khususnya dari kalangan turis manca negara sangat tertarik dengan benda pusaka tersebut, banyak hal selalu ditanyakan mereka berkaitan dengan keberadaan mandau tersebut," kata Bakri Y Saloh.
Para turis selain begitu seksama mencermati mandau tersebut juga selalu membidik-bidikan kamera ke arah benda tersebut. Kalangan turis manca negara ke Kaltang memang selalu menyempatkan berkunjung ke meseum yang menyimpan sebagian besar peralatan dan benda bernilai sejarah bagi masyarakat Dayak Kalteng ini.
Turis asing itu kebanyakan dari Eropa, seperti dari Inggris, Prancis, dan Belanda serta dari Asia, seperti Jepang dan Korea. Keunikan mandau ini, pada gagangnya terdapat seni ukiran kawit kalahai yang menggambar kehidupan flora dan fauna khas Kalteng.
Dari ukiran khas itulah yang membedakan mandau dari Kalteng dengan mandau dari suku Dayak, dan suku lainnya di Pulau Kalimantan. Ia sendiri tidak tahu persis siapa pemilik awal mandau besar tersebut, karena mandau ini juga disebutkan bernilai magis sebagai alat untuk meramal (menenung) bagi kalangan suku Dayak. Melalui benda pusaka ini biasanya kalangan tetua adat bisa meramalkan nasib baik atau nasib jelek seseorang.
Tapi bukan mandau besar ini saja biasanya digunakan masyarakat Dayak untuk menenung, juga mandau-mandau tua lainnya yang masih disimpan di kalangan masyarakat Dayak Pedalaman di kepulauan terbesar tanah air ini.
Yang menjadi pertanyaan, tambah Bakri Y Saloh, yaitu bentuk tubuh pemilik asal mandau itu, jika melihat mandau itu begitu besar kemungkinan pemakainya adalah bertubuh besar.
"Tetapi orang Dayak dulu memiliki kedidagdayaan, sehingga siapa tahu walau orangnya kecil tetapi dengan kemampuan besar mampu menggunakan benda besar seperti itu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar